Minggu, 17 Februari 2013

Review Kumcer #Kisah Muram




Judul Buku : Kisah Muram di Restoran Cepat Saji
Penulis : Bamby Cahyadi
Penerbit : GPU
Genre : Sastra / Kumcer


“Kisah Muram di Restoran Cepat Saji” (Kisah Muram) merupakan salah satu judul cerpen yang ada di dalam buku kedua karya Bamby Cahyadi (buku pertamanya "Tangan Untuk Utik"). Buku ini berisi 15 cerpen berjumlah 152 halaman.

Setelah membaca keseluruhan cerita,  saya membuat kesimpulan sendiri bahwa keseluruhan tema di dalam buku ini memiliki 3 tema besar sebagai benang merah. 


1.     Tema Korupsi

Terdiri dari 3 cerpen:

-Kisah muram di restoran cepat saji (Hal.  37)
-Obsesi (Hal. 86)
-Laki-laki abu abu yang membatu (Hal. 124)

2.     Tema Mimpi dan Imajinasi

Terdiri dari 4 cerpen:

-Mimpi-mimpi yang mengajakku tersesat  (Hal. 19)
-Lelaki terperangkap dalam prangko (Hal. 97)
-Sebongkah batu es yang merindu (Hal. 116)
-Perjamuan  di akhir cerita (Hal. 134)

3.     Tema Kematian

Terdiri dari 8 cerpen:

-Boneka menangis (Hal. 1)
-Bila senja ingin pulang (Hal. 10)
-Malaikat-malaikat yang mencintai senja (Hal. 28)
-Pak sobirin, guru mengaji (Hal. 46)
-Aku bercerita dari pesawat yang sedang terbang (Hal. 55)
-Tentang mayat yang sedang tersenyum (Hal. 65)
-Angka sepuluh (Hal. 76)
-Parit  (Hal 107)


Catatan lain yang saya dapati di dalam buku ini bahwa, Bamby Cahyadi  tampak lebih  berhasil menuliskan cerita yang bertema kelam  dan bermain dengan kemagisan sang tokoh. Sebut saja cerpen yang berjudul “Pak Sobirin, guru mengaji”, “Lelaki terperangkap dalam perangko”, atau “Malaikat-malaikat yang mencintai senja”.

Selain nuansa magis, di dalam kumcer ini juga bisa ditemukan banyak pesan moral, yang utamanya kritik sosial dan  tentang korupsi.

Salah satu cerita yang paling sederhana dan paling saya sukai karena endingnya bagus yaitu cerpen  “Aku bercerita dari pesawat yang sedang terbang”, dan rupanya cerpen itu mempunyai kelanjutan cerita pada cerpen berikutnya yaitu cerpen yang berjudul “Tentang mayat yang sedang tersenyum”. Walaupun cerpen ini bisa berdiri sendiri, namun keduanya jadi terasa klop jika dibaca berkelanjutan.

Ada satu cerpen berjudul “Parit” yang saya berpikir mungkin penulisnya terinspirasi dari kisah Nabi Nuh, namun ditulis dengan gaya berbeda.

Kelimabelas cerpen di dalam buku ini, memiliki daya tarik masing-masing, yang telah memberi gambaran kepada saya akan kepiawaian dan keseriusan Bamby Cahyadi dalam meramu cerita untuk menjadi bacaan yang menarik dan  saya jamin, sebagian besar cerpennya di dalam buku ini akan memberi kesan yang cukup baik bagi pembaca, dan tidak mudah untuk dilupakan.

Untuk Kumcer “Kisah Muram di Restoran Cepat Saji” saya beri bintang; 4,3 stars  / 5 stars.

2 komentar: